Bulan ramadhan adalah mementum bagi orang-orang
beriman dengan serangkaian hikmah , ada yang unik , dan ada pula yang mengandung
nilai-nilai kemanusiaan, kemiskinan, kesehatan, solidaritas, bahkan ada yang
justru antagonis dengan puasa.
Deskrifsi tersebut di atas, puasa dalam
konteks sosio-religius memang bukan sekedar ekpresi ritual yang pengertian
sementara, segala bentuk kebutuhan bilogis tetapi The highest value puasa
dalam perespektif Islam adalah selp restrain ( pengendalian diri ). Tak
Cuma itu puasa di bulan Ramadhan juga mengemban misi pendidikan dan latihan ,
untuk mengawal sebelas bulan lainnya,
baik sebagai sarana pengendalian terhadap gejolak hawa nafsu destuktif , maupun sebagai ajang perombakkan sikap dan
perilaku secara konstruktif.
Uniknya meski puasa dalam konsepsi
islam merupakan aktivitas spiritual yang bertabur ajaran Prilaku dalam
dimensi sosialekonomi budaya yang sangat spektakuler,pola prilaku yang direfleksikan
dalam realitas kehidupan umat dari masa kemasa sering tidak signifikanbahkan
cenderung paradoksal.Dengan berpuasa berarti pengeluaran berkurang
dan tabungan (saving) meningkat, tetapi yang terjadi sebaliknya. Bahkan berpuasa cendrung segala
sesuatunya adalah serba baru dan enak-enak. Kualitas nilai puasa sesungguhnya
terletak pada kemampuan mengendalikan emosi deskruktif. Sehingga output
dari the highest value puasa
tidak lain adalah melahirkan sikap yang konstruktif seperti jujur dan adil.
Sungguh hal yang sangat ironis karena Ramadhan dengan misi luhurnya seperti ini
ternyata sering tidak berbanding lurus dengan realitas kehidupan umat dewasa
ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar